Tanggal 10 Mei lalu adalah Hari Lupus Sedunia. Hari yang mengingatkan kita pada penyakit seribu wajah ini dan bagaimana orang-orang berjuang mengatasinya. Lalu ingatan kami berpindah kepada Aminah AM. Kep., perawat HCCU RSHS. Putri bungsu dari 7 bersaudara ini lahir di Cirebon 7 Maret 1979. Walaupun sakit, beliau mampu survive dan tetap semangat mengabdi di RSHS. Berikut ini hasil wawancara tim newsletter bersama Teh Ami (sapaan akrab Tim Newsletter kepada beliau).

Staf perawat HCCU RSHS, Aminah AM, Kep

Staf perawat HCCU RSHS, Aminah AM, Kep

Reporter : “Sejak kapan Teh Ami divonis Lupus?

Teh Ami : “Sebetulnya aku tidak suka kata-kata ‘divonis’, tapi aku lebih memaknai Lupus ini sebagai anugerah. Banyak hikmah yang bisa saya ambil dibalik penyakit ini. Saya didiagnosa sakit Lupus ini sejak tahun 25 Agustus 2006”

Reporter : “Gejala awalnya seperti apa teh?”

Teh ami : “Awalnya sering sakit sendi, berobat ke poli ortopedi, istilahnya tendonitis querfain syndrome, jadi sering bolak balik ke poli tanpa tau diagnosanya. Selain itu saya sering demam, nyeri sendi, dan bengkak sendi. Setahun dari situ baru ketahuan kalau ini Lupus.”

Reporter : “Sekarang keluhan yang sering dirasakan apa teh?”

Teh Ami : “Aku sudah kenal Lupus lima tahun, itu tidak cukup buat aku mengenal si penyakit seribu wajah ini. Tahun pertama keluhannya konvensional seperti sering demam, sakit bengkak sendi, dan fatigue. Tahun kedua kaget lagi, karena ginjal saya yang kena. Tahun ketiga tiba-tiba telinga kananku tiba-tiba budek di sertai dengingan terus menerus. Tahun ke 4 aku sering pusing dan mual. Sebulan terkahir kondisiku menurun, sering ngedrop. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah jauh lebih baik”

Reporter : Yang paling memotivasi saat drop siapa?”

Teh Ami : “Waktu pertama kali dr. Rahmat Gunadi memberitahu kalau aku sakit lupus beliau berkata, ‘Mi dari Zat yang Maha Suci tidak akan mungkin keluar suatu keburukan. Berjamaah itu lebih baik dari munfarid.’ Saya langsung diperkenalkan kepada support group di Syamsi Dhuha Foundation. Di sana saya melihat teman-teman seperjuangan saya sehingga saya bisa survive dan terus bersyukur menghadapi ujian ini. Selanjutnya tentu saja suami dan keluargaku. Suamiku yang selalu mengingatkan agar aku gak terlalu cape dan yang paling penting beliin aku obat,,,hehe.”

Reporter : “Mengatasi tugas di HCCU RSHS gimana teh?”

Teh Ami : “Aku coba kerjakan semaksimal mungkin yang jadi kapasitas aku. Dulu aku sempat ngedrop, sampai buka infus aja gak kuat, tapi Alhamdulillah aku punya tim yang mengerti dan sangat solid, jadi pekerjaan tidak terlalu berat.”

Reporter : “Ada saran gak teh untuk saudara-saudara kita yang sedang sakit?”

Teh Ami : “Tetap semangat, sabar dan tak bosan ikhtiar. Kontrol yang rutin dan manajemen stres. Jangan bebani pikiran kita dengan hal yang belum tentu terjadi. Tidak ada yang sia-sia di mata Nya sekecil apapun insyaAllah bernilai ibadah asal kita ikhlas menjalaninya.”

Comments are closed.