Setelah lama tidak terdengar kasusnya, baru-baru masyarakat di Indonesia kembali dikejutkan dengan ditemukannya kembali penyakit antraks di Purwosari Yogyakarta. Kasus ini sudah ditangani dengan baik oleh Kementrian Kesehatan RI. Lalu apakah sebenarnya penyakit antraks itu? Apakah penyakit ini menular? Dan bagaimana upaya preventif yang dapat dilakukan?

Ahli Penyakit Tropis dan Infeksi RSHS, dr. Primal Sudjana Sp.PD-KPTI dalam wawancaranya dengan awak media pada Kamis (26/01) 2017 mengatakan bahwa hingga tahun 2016 di RSHS belum ditemukan kasus penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis ini. Bacillus anthracis adalah bakteri yang biasanya hidup pada hewan ternak yaitu  sapi ( paling rawan) , domba, kambing, dan lainnya.

Bacillus anthracis membentuk spora yang merupakan cikal bakal penyakit antraks. Dalam bahasa Yunani anthracis berarti batubara. Spora bacillus anthracis sangat berbahaya menyebabkan luka berwarna kehitaman yang semakin lama menghitam dan mengering mirip dengan warna batubara.  Penyakit ini mempunyai masa inkubasi berbeda-bed ada yang satu hari hingga 30 hari

Lebih jauh Primal menjelaskan bahwa ada tiga macam jenis antraks yaitu antraks kulit, antraks paru dan antraks saluran cerna. Dari semua kasus yang pernah ada, sebanyak 89% yang paling banyak terjadi adalah antraks yang menyerang kulit. Saat spora bacillus anthracis masuk ke kulit yang luka, lalu menyebabkan luka yang kehitam-hitaman seperti kena rokok dan mengering. Biasanya luka tersebut rasanya tidak sakit. Untuk jenis ini, gejala demam jarang terjadi.

Pada jenis antraks paru, spora Bacillus Anthracis dalam jumlah tertentu terhirup oleh manusia. Antraks paru banyak menyerang  orang-orang yang suka menyortir bahan wool karena wool itu berasal dari domba yang mempunyai  spora antraksnya. Oleh karena itu antraks paru ini dikenal dengan nama Wool Sorter Desease.  Saat spora ini masuk ke paru-paru kemudian ditangkap oleh sel tubuh, maka akan bereaksi menyebabkan luka dan menyebabkan kerusakan. Setelah itu spora basilus nya itu mengeluarkan racun dan kemudian racun tersebut beredar ke seluruh tubuh. Untuk antraks paru ada gejala batuk, demam dan flu.

Jenis antraks yang lain yaitu antraks yang menyerang saluran cerna, dapat terjadi ketika spora Bacillus Anthracis termakan karena sumber spora tersebut berasal dari daging hewan ternak yang sakit  dan dimasak tidak matang sempurna. Hal ini akan menyebabkan luka di saluran cerna kemudian mengeluarkan racunnya kemudian racunnya beredar dalam tubuh.

Pengobatan dan Pencegahan

Penyakit Antraks tidak menular dari manusia ke manusia namun kita patut waspada karena penyakit ini dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik secara dini. Pemeriksaan seseorang apakah terkena antraks atau tidak adalah dengan pemerikasaan darah dan diperiksa serologinya. Pengobatan Antraks dilakukan dengan pemberian antibiotik. Dengan pemberian antibiotik dengan baik sesegera mungkin, risiko kematian dapat diturunkan.

Pencegahan adalah cara yang paling bijak untuk terhindar dari serangan penyakit Antraks. Pencegahanannya yang dapat dilakukan adalah 1) tidak mengkonsumsi daging hewan ternak yang tidak dimasak dengan matang sempurna, 2) Jangan menyembelih hewan yang sakit, 3) saat mengolah daging harus memakai proteksi (sarung tangan), 4) saat menguburkan hewan terduga sakit juga harus memakai proteksi, dan 5) jangan menggali hewan yang positif antraks yang telah dikubur karena dikhawatirkan sporanya masih ada. Upaya preventif juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin pada hewan ternak. Vaksin antraks khusus untuk juga manusia dianjurkan bagi mereka yang memiliki resiko tinggi. ***

Informasi selanjutnya dapat menghubungi Subbagian Humas & Protokoler, No Tlp: 022 255 1101 atau email ke [email protected]

 

Comments are closed.