“Lagu gerak cuci tangan dengan sabun dan air dan juga posternya, merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan otak kanan selain otak kiri”, dr. Zulaehah Hidayati.

Pengendaian infeksi menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan Rumah Sakit. Salah satu factor penularan infeksi adalah dengan Cuci tangan. Cuci tangan 6 langkah menurut WHO dapat meminimalisir terjadinya penyebaran infeksi di Rumah Sakit maupun di lingkungan tempat tinggal lainnya.

dr. Zulaehah, staf Instalasi Gedung Kemuning RSHS mempelopori terciptanya lagu 6 langkah cuci tangan dengan judul “Mari Cuci Tangan” untuk mensosialisasikannya kepada pegawai, pasien, keluarga pasien, dan pengunjung lainnya agar diaplikasikan di rumah masing-masing.

Hand hygiene atau kebersihan tangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu hand washing dan hand rub. Beliau menyampaikan bahwa menghafal 6 langkah gerakan cuci tangan baik itu  memerlukan sosialisasi yang di dalamnya ada sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran biasa dilakukan dengan menerangkan kemudian mencontohkan dan selanjutnya melakukan gerakannya bersama-sama. Pembelajaran seperti ini disebut dengan metode audio, visual, kinestetik.

“Pembelajar akan berusaha menghafal, berlatih kemudian mengulang-ulang. Waktu yang digunakan untuk pembelajaran berkisar 15 menit sampai 30 menit dengan promoter minimal satu orang”, tambahnya.

Proses pembelajaran dengan menghafal urutan, kemudian berlatih (drill) serta mengulang-ulang (repetisi) menggunakan fungsi otak kiri manusia. Manusia memiliki otak kanan yang bila digunakan bersama-sama dalam proses ini tentu akan membuat hasil pembelajaran lebih optimal.

Pembelajaran otak kanan memiliki kelebihan yaitu penyimpanan memori terjadi dalam jangka panjang sehingga seseorang tidak akan mudah lupa. Pembelajaran dengan otak kanan ini membutuhkan teknik. Teknik memberdayakan otak kanan dalam proses pembelajaran menurut Linda V Wiliam (1983) dapat ditempuh melalui teknik berpikir visual, fantasi, bahasa evoratif, pengalaman langsung (eksperimen laboratorium, perjalanan lapangan, manipulasi bahan obyek riil, simulasi maupun bermain peran), pembelajaran multisensoris, dan musik. (Depdiknas, 2004:9).

Lagu gerak cuci tangan dengan sabun dan air dan juga posternya, merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan otak kanan selain otak kiri. Adanya poster berwarna, musik, lirik, dan juga gerakan yang mudah diikuti merupakan merupakan penggunaan teknik visual, fantasi (membayangkan mencuci tangan), bahasa evoratif (bahasa berkesan), pengalaman langsung (mempraktekkan gerak), pembelajaran multisensoris (audiovisual kinestetik), dan musik. Hasilnya tentu saja akan lebih optimal membuat seseorang menghafalkan 6 langkah cuci tangan dari WHO.

Beberapa kelebihan lain dengan adanya media tersebut di atas adalah efisiensi waktu dan biaya. Salah satu unit Rumah Sakit Hasan Sadikin yang sudah mengujicobakan lagu gerak dan poster ini adalah Instalasi Gedung Kemuning. Teknik sosialisasi adalah dengan melatih setiap kepala ruangan dan kepala lantai berupa lagu pengingat yaitu lagu ”Mari Cuci Tangan”. Selanjutnya setiap kepala lantai akan mencontohkan kepada staf maupun pasien di ruangan dengan iringan lagu yang diputar 3 kali sehari. Ketika lagu pengingat tersebut diputar, itu akan membuat pendengarnya untuk berusaha mengingat bahwa mempraktekkan kembali 6 langkah cuci tangan.

Instalasi Gedung Kemuning juga mengadakan lomba yang dilaksanakan setiap minggu dalam 4 minggu berturut-turut dengan peserta bergantian dari setiap lantai. Hal ini memacu juga agar setiap ruangan memastikan stafnya benar-benar menghafal dan melatih gerakannya.

Kuesioner evaluasi hasil ujicoba lagu gerak dan poster cuci tangan ini dibuat setelah 2 minggu pemutaran lagu dan 2 kali lomba. Jawaban 80 responden staf dengan berbagai profesi 100 % menyatakan terbantu dalam menghafalkan gerakan cuci tangan 6 langkah WHO ini.

Berbagai inovasi selain tentunya kerja keras diperlukan oleh sebuah organisasi dalam mencapai visi dan misinya. Lagu gerak cuci tangan juga posternya merupakan sebuah inovasi yang diharapkan dapat bermanfaat untuk Rumah Sakit Hasan Sadikin baik dalam mencapai akreditasi JCI Tahun 2012 juga dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Comments are closed.