Kota Bandung sebagai kota terbanyak kasus AIDS di Jawa Barat merupakan kota tempat RSHS berada. Hal itulah yang menjadi dorongan kuat bagi Tim Penanggulangan HIV/AIDS di Klinik Teratai RSHS untuk melakukan berbagai upaya dalam mencegah penularan HIV/AIDS. Bagaimana tidak, jumlah kasus infeksi HIV/AIDS di klinik teratai tercatat hingga 3352 kasus (data Klinik Teratai tahun 1996 sampai dengan November 2012). Pada awalnya kedatangan pasien baru ke klinik teratai perbulannya sekitar 30 orang, namun kini berkurang hingga sekitar 10-20 orang perbulan.

RSHS dengan Klinik Teratai-nya telah lama berkiprah menanggulangi HIV/AIDS. Tidak hanya mengobati, Klinik Teratai melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) agar HIV/AIDS tidak menyebar luas. Kegiatan yang dilakukan di klinik yang dipimpin dr. Nirmala Kesuma, MHA ini diantaranya konseling, pengobatan, dan penelitian.

Untuk melakukan pelayanan yang komprehensif, tim Klinik Teratai selalu melakukan medical review setiap hari Selasa & Kamis untuk mengevaluasi kemajuan kesehatan setiap pasien, sehingga keberhasilan pengobatan dapat terpantau secara maksimal. Tim juga melakukan pengecekan kepatuhan berobat dan konseling kepatuhan berobat. Hal ini dilakukan dengan menjalin hubungan yang erat dengan pasangan/keluarga/kerabat pasien,  Rumah Sakit Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Non-Government Organization (NGO), dan berbagai organisasi lain. Barangkali beberapa metode itulah yang membuat Klinik Teratai mendapatkan beberapa penghargaan dan menjadi tempat tujuan penelitian mengenai HIV/AIDS baik dari masyarakat Nasional maupun Internasional.

Hal lain yang tak kalah penting untuk mencegah penularan HIV/AIDS adalah melakukan tindakan prevensi melalui deteksi dini. Deteksi dini yang dilakukan di RSHS adalah deteksi dini kepada pasien yang masuk dengan infeksi oportunis (infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan “kesempatan” untuk menginfeksi seseorang), deteksi dini pada pasangan orang positif terinveksi HIV/AIDS, dll.

Sebagai Rumah Sakit yang concern terhadap penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia khususnya di Jawa Barat, RSUP dr. Hasan Sadikin membentuk Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS RSHS sejak tahun 1992. Saat itu Tim dibentuk karena dirasakan kebutuhan warga atas pelayanan kesehatan yang prima semakin meningkat serta perkembangan penyakit infeksi HIV/AIDS yang semakin banyak sehingga akan dibutuhkan pelayanan yang lebih komprehensif.

Sebagai ketua pertama Tim ini adalah Prof. Dr. Tony S. Djajakususmah, dr, SpKK dengan wakil ketua Prof. Dr. Rachmat Sumantri, dr, SpPD, Prof. Dr. Tutie W. Sapiie SpKJ, serta beberapa anggota dari Bagian-bagian yang ada di RSHS. Seiring dengan bertambahnya dokter-dokter dan perawat RSHS yang dilatih untuk kegiatan Pencegahan dan Pengobatan HIV/AIDS, maka pada tahun 2004 anggota Tim bertambah, susunan organisasi diperbaiki, dan uraian tugas diperjelas menjadi “One Stop Clinic” dan dinamai klinik teratai pada Desember 2004.

Klinik Teratai merupakan tempat pusat kegiatan penanggulangan HIV/AIDS di RSHS yang pada awalnya terletak di belakang ruang Kedokteran Nuklir. Agar proses pelayanan menjadi semakin nyaman, kini Klinik Teratai RSHS bertempat di Fakultas Kedokteran Jl. Eijkman No 38 Bandung.

Comments are closed.