Indonesia sebagai Negara yang padat penduduk merupakan Negara dengan kasus Tubercolosis ke-4 terbanyak di dunia. Tersangkanya siapa lagi jika bukan si kuman bernama Micobacterium Tuberculosis.

Mictobacterium tuberculosis (MTB) si kuman kuat dan lincah yang menyebabkan penyakit Tuberkulosis atau yang dikenal dengan singkatan TB. dr. Prayudi Santoso,SpPD-KP,M.Kes, dokter konsultan paru mengatakan, kuman ini disebut kuman kronik menahun, tumbuhnya lambat, jika dibiakkan akan hidup 6-8 minggu. Bentuknya sangat kecil jika dibandingkan dengan kuman lain, sehingga tahan lama beredar di udara dan dapat berhari-hari hidup sehingga kemungkinan terhisap oleh orang lain sangat besar.

Kuman ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch dan banyak menyerang organ paru, dan organ tubuh lainnya seperti selaput otak, mata, pita suara, selaput jantung, tulang, kulit, kelenjar, saluran kencing, dan organ lainnya. Namun, sekitar 80% menyerang paru. Karena itulah orang lebih mengenal TB itu hanya pada paru-paru.

Dalam satu tahun, 1 orang yang sakit TB dapat menularkan penyakit kepada 15-25 orang. Oleh karena itu, mengobati satu orang yang sakit TB berarti memutus mata rantai penyebaran penyakit ini. Sehingga, tambah dr Yudi, penyakit TB ini menjadi masalah kesehatan masyarakat. Namun, jika diobati dengan baik, penularannya akan berkurang 10% dalam 2 minggu, dan setelah dua bulan tidak akan menular lagi.

“Si kuman kuat“ ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, sehingga di kenal sebagai kuman Basil  Tahan Asam  (BTA).

Kelemahannya tidak dapat bertahan lama dengan sinar matahari langsung dan dapat bertahan hidup sampai berhari-hari di tempat yang gelap dan lembab. Setelah terhirup ke melalui pernafasan, kuman akan berkembang dalam paru-paru manusia, setelah itu akan terbawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh.

Hobi dari kuman ini adalah dormant (tertidur lama selama beberapa tahun), dan dapat hidup kembali tergantung dari kondisi seseorang dimana kuman itu hinggap, jadi manusia mungkin saja terpapar kuman TB pada tahun tertentu, namun baru positif TB setelah beberapa tahun jika kondisi kesehatan orang tersebut sedang buruk.

Waspadai gejalanya

Penurunan berat badan, demam (yang tidak terlalu tinggi dengan siklus turun naik) disertai keringat, nafsu makan merosot, dan selalu merasa tidak sehat, merupakan gejala sistematis penyakit ini. Gejala sistematis yakni gejala yang ada pada seluruh TB dimanapun kuman TB itu hinggap.

Selain itu, ada juga gejala organik, yaitu gejala yang berbeda-beda sesuai dimana organ manusia terserang kuman Microbacterium TB. Diantaranya batuk-batuk, sesak nafas, batuk darah dan lain sebagainya jika menyerang paru-paru. Waspadai juga jika ada benjolan di leher, mulai dari benjolan kecil hingga besar, karena bisa jadi organ kelenjar yang terkena. Atau jika organ yang terkenanya saraf otak, gejala yang timbul adalah kaku kuduk, muntah-muntah, kesadaran menurun dan sering tidak sadarkan diri, dan lain lain.

TB itu bisa disembuhkan!

Pernahkan Anda menemukan orang yang dengan bangga menceritakan bahwa dirinya sakit jantung dan baru saja dioperasi?, atau yang sakit diabetes dan sedang menjalani terapi?. Tapi, pasti Anda jarang mendengar seseorang yang dengan bangga menceritakan jika dia terkena TB. Mengapa? Karena barangkali mereka berpikir bahwa TB itu penyakit yang tidak “elit” dan sulit disembuhkan.

Adanya perasaan malu dan pandangan bahwa TB sangat sulit disembuhkan membuat pasien/penderita tidak patuh meminum obat/ menjalani terapi. Padahal, dalam pengobatan paru, pemberian obat harus selalu dilakukan tanpa putus. Jika pengobatannya terputus, maka terapi akan lebih berat dan proses penyembuhan akan lebih lama.

Jika dideteksi sejak dini, TB bisa untuk disembuhkan. Pada umumnya, penyembuhan TB dimanapun sama, yaitu menggunakan 4 jenis obat selama 6 bulan. Tahapannya bisa dibagi beberapa fase. Fase pertama yaitu pada bulan pertama sampai bulan kedua, obat yang diberikan Rifampisin, isoniazid, atambutol, pyrazinabid. Tahap selanjutnya yaitu sampai bulan ke-enam (selama 4 bulan) diberikan obat rifampisin dan isoniazid.

Setelah pemberian obat selama dua minggu, biasanya pasien sudah merasa baikkan, nafsu makan sudah muncul dan berat badan sudah mulai naik. Itulah yang membuat penderita TB menghentikan/ lupa minum obat, karena dia merasa sudah baikkan. Padahal sekali lagi, peminuman obat selama  6 bulan ini sama sekali tidak boleh putus. Untuk itu pengawasan dan dukungan orang terdekat dalam meminum obat (PMO) sangat besar perannya.

Tips agar tidak tertular TB

Karena penyakit TB ini bukan penyakit individu melainkan penyakit masyarakat, maka seluruh masyarakat harus berpartisipasi menciptakan lingkungan yang bebas kuman TB, caranya:

  1. Terapkan pola hidup sehat, seperti makan yang teratur, istirahat yang cukup, olah raga yang cukup.
  2. Selalu perhatikan gizi seimbang, dengan gizi yang seimbang tubuh akan memiliki antibody yang kuat, sehingga tidak mudah terserang kuman/bakteri.
  3. Tidak melakukan prilaku yang menyimpang, seperti mengonsumsi narkoba, perilaku seks pra nikah dan bergani-ganti pasangan, dsb.
  4. Jika melihat keluarga atau orang disekitar kita mengalami gejala-gejala TB (salah satunya yang paling terlihat: batuk 2-3 minggu) segera sarankan untuk berobat, karena jika benar orang tersebut sakit TB maka dengan begitu kita membiarkan dia menularkan TB kepada keluarga kita atau orang-orang disekitar kita.
  5. Ciptakan suasana rumah yang bersih dan nyaman, jangan biarkan ruangan menjadi lembab karena kuman TB bertahan di ruangan lembab. Caranya dengan menjaga sirkulasi udara ruangan agar tetap seimbang. Perhatikan fentilasi dan cahaya matahari di ruangan.
  6. Etika batuk menjadi sangat penting. Jika Anda batuk, tutup oleh tangan menggunakan tisu, atau masker (gunakan masker ketika Anda sakit influenza apapun). Jika saat itu sedang tidak ada tisu atau masker, tutup batuk dengan cara arahkan batuk ke lengan atas kiri atau kanan Anda.

Comments are closed.