Intimasi hubungan seksual antara suami-istri terkadang tak berjalan mulus. Permasalahan ini seringkali dijumpai di masyarakat namun sayangnya, tidak banyak yang mau mengungkapkan permasalahan ini kepada ahlinya. Di  kalangan masyarakat sendiri, seringkali hubungan seks yang kurang atau bahkan tidak memuaskan dianggap suatu hal yang biasa sehingga seringkali dilakukan pembiaran atas masalah ini dan kalaupun ada usaha untuk memperbaiki, tak sedikit diantara mereka yang memilih pengobatan tradisional atau alternatif  yang kurang bisa dipertanggung jawabkan keamanannya dari sisi medis.

Problema seksual perlu mendapat perhatian dari praktisi kesehatan karena banyak terjadi di masyarakat namun masyarakat banyak yang tidak mengetahui atau bahkan malu mengungkapkan masalah sosial yang dialaminya. Demikian dikatakan Dr. dr. Nucki Nursjamsi Hidayat. Sp.OT(K) dalam Simposium Master Class & Workshop 3rd Training in Psychosexual And Marital ( TIPSMART -3)  bertema ”Marital Intimacy and Sexual Problem”   yang terselenggara atas kerjasama RSHS dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia ( PDSKJI ), di Crowne Plaza Hotel Bandung baru-baru ini.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat PDSKJI, dr. Eka Viora, Sp.KJ mengungkapkan bahwa tidak dipungkiri bahwa permasalahan seksual menjadi salah satu pokok persoalan yang berdampak besar dalam kehidupan masyarakat. Banyak permasalahan keluarga terjadi akibat disfungsi seksual, baik pada pria maupun wanita yang pada akhirnya akan mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.  Yang harus digarisbawahi bahwa sebenarnya problem seksual ini dapat ditangani oleh para psikiater.

Selama ini ada stigma di masyarakat bahwasanya psikiater hanyalah bisa menangani penyakit jiwa yang berat saja, namun sebenarnya hal ini tidak benar karena psikiater juga dapat menangani masalah seputar marital intimacy dan problem seksual. Peran psikiater psikoseksual dan marital dalam mewujudkan kelurga Indonesia yang bahagia dan sejahtera dapat lebih luas. Oleh karena itu, dengan mengikuti  TIPSMART ini, keterampilan para klinisi dapat terus bertambah dan out putnya bisa diterapkan di masyarakat terutama di fasilitas-fasilitas kesehatan. ***

 

 

 

 

 

Comments are closed.