“Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Selain itu penularan IMS  dapat melalui jarum suntik yang terkontaminasi dan dari ibu ke janinnya” ungkap dr. Yanto Widiantoro dalam paparannya mengenai IMS pada acara bakti sosial yang menjadi rangkaian Kongres Nasional (Konas) Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Jl. Eijkman 26, Agustus 2014.

Ia menambahkan, 14 tahun kedepan, Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu berlimpahknya remaja yang tumbuh pada era itu. Pertumbuhan remaja yang sangat besar ini harus diwaspadai dari berbagai aspek, termasuk kesehatan.

Selama dekade terakhir, masalah kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia, keadaan ini antara lain berkaitan dengan perilaku seksualnya.

Pada masa remaja terjadi beberapa perubahan fisik, psikologis dan kognitif. Perubahan ini menyebabkan remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Pemahaman yang kurang atau salah mengenai masalah seksualitas menyebabkan remaja berisiko melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti berganti – ganti pasangan, memakai narkoba dan tidak menggunakan kondom. Perilaku seksual yang tidak aman dapat meningkatkan kejadian kehamilan yang idak diinginkan yang berakhir dengan aborsi.

Secara global angka kejadian IMS tertinggi didapatkan pada remaja dan usia di bawah 25 tahun. Sebagian besar penderita IMS tidak menunjukkan gejala, bila bergejala, dapat berupa keputihan, kencing nanah, kutil kelamin, dan borok. IMS yang sering ditemukan  adalah gonore dengan keluhan   keputihan pada wanita dan kencing nanah pada laki – laki serta kutil kelamin. Penderita IMS yang tidak menunjukkan gejala tidak akan berobat, sehingga dapat menimbulkan komplikasi dan dapat menjadi sumber penularan.

Berdasarkan data rekam medis Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Divisi Infeksi Menular Seksual di RSUP dr. Hasan Sadikim, selama periode tiga tahun, mulai 1 Juli 2010 hingga 30 Juni 2013, tercatat sebanyak 964 pasien, dan prevalensi pasien berusia 10–19 tahun sebesar 9,34% (90 orang). Sebanyak 35,5% remaja tersebut menderita lebih dari satu IMS. Data dari klinik Teratai , yaitu klinik yang khusus  menangani pasien HIV dan AIDS, didapatkan data bahwa penderita HIV/ AIDS lebih dari 90% terdapat pada kelompok usia 17-25 tahun, dengan demikian mereka pertama kali tertular HIV pada usia remaja.

Berdasarkan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap siswa SMA/SMK di salah satu kota di Jawa Barat yang dilakukan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri ternyata sebagian besar siswa yaitu 56.5% memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyebab, gejala dan komplikasi IMS.  Sebuah penelitian juga menjelaskan, 20% remaja Indonesia yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual.

Beberapa Risiko tertular IMS sangat berhubungan dengan perilaku, sehingga edukasi dan counseling merupakan strategi utama dalam upaya  pencegahan dan pengendalian IMS.

Anak jalanan merupakan kelompok yang berisiko tertular HIV, karena anak jalanan lebih banyak tepapar dan terlibat dalam aktivitas seksual, juga serin mendapat eksploitasi  dan perlakuan kasar dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 110 anak jalanan di beberapa tempat di Bandung, sebanyak 20% positif HIV dan 63%  dari mereka memiliki tingkat pengetahuan HIV /AIDS yang buruk.

 Jenis IMS dan gejalanya

Beberapa penyakit yang termasuk IMS diantaranya Gonore/kencing nanah, gejala pada laki-laki diantaranya rasa pedih pada saluran kemih, nyeri saat kencing dan keluar cairan/nanah dari lubang saluran kencing. Sedangkan pada perempuan sering tidak menimbulkan gejala selain keputihan. Gonore dapat menimbulkan komplikasi kemandulan, pada wanita hamil: bayi terinfeksi pada mata (kebutaan) dan hamil di luar kandungan.

Sifilis / raja singa. Gejalanya diantaranya luka lecet pada alat kelamin atau sekiar dubur yang tidak terasa nyeri, ada benjolan pada lipatan paha tidak nyeri dan ruam kulit tidak gatal. Komplikasi yang dapat timbul adalah keguguran, bayi lahir prematur, kecacatan pada bayi.

Kutil kelamin/jengger ayam. Gejalanya adalah bintil-bintil kecil, kemudian membesar menyerupai jengger ayam. Komplikasinya yaitu dapat menyebabkan kanker rahim dan kanker pada penis.

Herpes Genital. Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus simplek tipe I dan II ini adalah: didahului demam & tidak enak badan, gelembung berisi cairan yang berkelompok serta terasa nyeri, dan terjadi pada bibir kemaluan, penis dan dubur.

Infeksi HIV-AIDS. Pada HIV tidak memiliki gejala. Pada AIDS, setelah terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang berat, muncul gejala selanjutnya diantaranya berat badan menurun, tanpa diketahui penyebabnya, demam tanpa diketahui penyebab lebih dari 30 hari dengan intensitas yang hilang timbul, diare lama atau terus menerus, infeksi, serta keganasan.

IMS ini memang berbahaya dan perlu diwaspadai oleh semua orang baik remaja maupun orangtuanya, namun IMS dapat dicegah dengan tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, setia kepada pasangan, gunakan pelindung, dan jauhi Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA).

Tentang Konas XIV Perdoski

Kongres Nasional XIV Perdoski di Bandung tgl 26-29 Agustus 2014 adalah kongres yang rutin diselenggarakan oleh PERDOSKI setiap 3 tahun sekali. Tema besar yang diusung Konas kali ini adalah “Integritas dan eksistensi PERDOSKI dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang berkualitas melalui diagnostik terkini dan terapi inovatif”.

“Selain tema besar yang diangkat, materi yang diberikan dalam pelaksanaan Konas XIV ini mencakup semua cabang ilmu kesehatan kulit dan kelamin. Asupan dan kerja keras semua kelompok studi ikut menjadi penentu dalam mewujudkan acara ini” Ucap ketua Umum PP Perdoski, Dr. Syarief Hidayat, SpKK, FINS-DV, FAADV.

Acara Konas tidak hanya diisi oleh acara ilmiah, tetapi juga diisi oleh pembinaan etika dan pembahasan medikolegal dalam menjalankan profesi kedokteran, serta pelaksanaan kegiatan sosial berupa donor darah, penyuluhan Infeksi menular seksual di sekolah menengah atas dan pembinaan anak jalanan.

Acara juga dirangkai oleh Penganugerahan sebutan Fellow of Indonesian Society of Dermatology and Venereology (FINS DV) yang merupakan  penghargaan bagi kontribusi anggota di bidang akademis, organisasi maupun sosial, di Indonesia maupun di luar negeri. Acara penganugerahan ini secara rutin diselenggarakan setahun sekali pada setiap acara ilmiah dan organisasi Perdoski.*** (fit-humpro)

Comments are closed.