Baru baru ini kita mendengar kasus Human Monkeypox ditemukan di Singapura. Berdasarkan siaran pers Kementerian Kesehatan Singapura pada tanggal 9 Mei 2019, telah terjadi satu kasus konfirmasi (MPX) pertama di Singapura. Kasus adalah warga negara Nigeria, yang merupakan salah satu negara endemis Monkeypox, yang bekunjung ke Singapura pada 28 April 2019 dan dinyatakan positif terinfeksi virus Monkeypox (MPXV) pada 8 Mei 2019. Pasien dan 23 orang yang kontak erat dengannya telah dikarantina.

Berdasarkan data dari SINKARKES dari bulan Januari sd 10 Mei 2019, kedatangan kapal yang terbanyak adalah Singapura (18.146) serta penerbangan dari Singapura relatif cukup banyak sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit Monkeypox ke Indonesia bisa terjadi, meskipun menurut Kementerian Kesehatan Singapura risiko penyebarannya rendah di Singapura.

Sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional, RSHS siap melayani pasien dengan indikasi terkena Monkeypox. Akses masuk melalui rawat jalan dan IGD seduai indikasi medis. RSHS memiliki ruang isolasi yang dapat digunakan untuk merawat pasien dengan Monkeypox baik di IGD, Instalasi Rawat Inap (dewasa dan anak) dengan jumlah 9 bed.

Sesuai surat edaran dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, rumah sakit dan puskesmas bertugas menyebarluaskan informasi mengenai Monkeypox; serta melayani pasien suspek Monkeypox sesuai prosedur dan berpusat pada keselamatan pasien serta petugas kesehatan. Adapun jika menemukan kasus suspek Monkeypox, segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provisi Jawa Barat.

Berdasarkan data WHO, Afrika Tengah dan Afrika Barat merupakan daeah endemis Monkeypox. Penyakit ini ditularkan oleh hewan terutama hewan pengerat yang mengandung virus Monkeypox. Penularan terjadi melalui gigitan, cakaran, kontak alngsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi di kulit atau mukosa hewan, dan makan daging yang tidak dimasak dengan baik. Penularan dari manusia ke manusia bisa dimungkinkan namun sangat terbatas, melalui sekret pernapasan atau lesi pada kulit.

Gejalnya mirip dengan smallpox (cacar) namun lebih ringan. Masa inkubasi 5-21 hari, gejala yang timbul berupa demam sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan elmes. Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (markulopapula), lepuh berisi cairan bening (vesikel), lepuh berisi nanah (pastule), kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 4-21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.

Berdasarkan data dari SINKARKES dari bulan Januari sd 10 Mei 2019, kedatangan kapal yang terbanyak adalah Singapura (18.146) serta penerbangan dari Singapura relatif cukup banyak sehingga kemungkinan terjadinya penyebaran penyakit Monkeypox ke Indonesia bisa terjadi, meskipun menurut Kementerian Kesehatan Singapura risiko penyebarannya rendah di Singapura.

Comments are closed.