Gondok Beracun, Kenali Gejalanya
Gondok Beracun, demikian istilah awam untuk menyebut penyakit gangguan fungsi kelenjar tiroid. Mengingat buruknya dampak penyakit ini terhadap kesehatan, SMF Ilmu Bedah RSHS menyelenggarakan “Seminar Awam Dalam Rangka Memperingati Hari Tiroid Sedunia”, Kamis (21/05). Seminar yang menghadirkan tiga narasumber yaitu Dr. dr. Dimyati Achmad Sp.B(K),Onk, Prof DR. dr. Johan S Masjur, Sp.PD-KEMD,Sp.KN, dan dr. Miftah Sp.PD, M.Kes ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang apa sebenarnya gejala –gejala penyakit gangguan fungsi kelenjar tiroid.
Dalam seminar yang diikuti oleh 137 peserta yang berasal dari pasien, penunggu pasien dan karyawan RSHS serta masyarakat umum ini dijelaskan tentang pengertian, gejala, tanda-tanda hingga upaya-upaya penanggulangan penyakit ini. Menurut dr. Dimyati selaku Ketua Pelaksana, acara yang telah diadakan kelima kalinya ini merupakan bentuk sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit kelainan tiroid. Harapannya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gejala pada kelainan kelenjar tiroid. Adapun gangguan fungsi kelenjar tiroid ada dua, yaitu hipertiroidisme ( fungsi berlebih ) dan hypotiroidisme ( fungsi berkurang ). Seseorang dapat dinyatakan menderita penyakit gangguan fungsi tiroid setelah dia melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap kadar hormon tiroid dan TSH ((Thyroid Stimulating Hormone ) dari darah.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid yang mempunyai fungsi untuk mengatur metabolisme tubuh sehingga tercapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
Hipotiroidisme ( fungsi berkurang )
Hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid ) terjadi apabila T4( Tiroksin) /fT4 rendah dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone )tinggi . Pada Pada hipotiroidisme gejala awalnya seringkali tidak khas dan kadang sperti penyakit lain . Gejala klinisnya antara lain yaitu : lemah, letih, lesu , tidak bersemangat, mengantuk, lethargy, hiporefleksia, depresi, gangguan mental, kulit kering, tidak tahan cuaca dingin, suara serak, tidak berkeringat, berat badan naik, berat badan naik, nafsu makan turun, konstipasi, gangguan menstruasi, dan paresthesia, rambut kering dan pecah-pecah, penipisan alis mata, sembah disekitara mata dan wajah, kulit kering, lidah besar dan tebal, lemah, letih, lesu , tidak bersemangat dan pertumbuhan terganggu (kretinisme).
Gambaran klinis hipotiroidisme tidak spesifik, dapat ditemukan pada 20% kasus kelainan tiroid pada penderita dewasa/orangtua. Adapun orang-orang yang beresiko tinggi terkena hipotiroidesme adalah mereka berumur diatas 60 tahun, wanita, sebelumnya pernah mendapatkan radioterapi, terkena penyakit autoimun dan bisa juga pengaruh obat.
Salah satu contoh hipotiroidisme yaitu Conginetal Hypothiroidism yang merupakan kelainan hipotiroidisme bawaan. Apabila penyakit ini diketahui pada masa tiga bulan pertama, biasanya masih dapat diobati. Sebagai usaha preventif untuk menekan dampak buruk hipotiroid ini, maka dilakukan Neonatal Screening ( uji tapis pada bayi baru lahir).
Hipotiroidisme yang lain yaitu Tiroiditis Hashimoto. Penyakit yang ditemukan pada 1912 oleh dr. Hakaru Hashimoto ini muncul melalui 4 kasus wanita dengan pembesaran leher bagian depan (tanpa nyeri) . penyakit ini lebih sering muncul pada wanita dibanding pria dengan perbandingan 9 : 1 .
Selain kelainan fungsi tiroid sepeti yang sudah dijelaskan diatas, hypothyroidism in special conditions lainnya yaitu : hypothyroidism and cronic autoimmune thyroid disease, hypothyroidsm in pregnancy, hypothyroidsm and the heart, hypothyroidsm and lipid metabolism, hypothyroidsm and amiodarone, dan hypothyroidsm post-thyroidectomy and post-radiothyroablation.
Hipertiroidisme ( fungsi berlebih )
Hipertiroidisme ( kelebihan hormon tiroid ) mempunyai gejala seperti sesak, jantung berdebar, gejala rambut rontok, mata menonjol, adanya pembesaran kelenjar gondok, berat badan menurun, diare, telapak tangan terasa lembab, gemetar, gelisah, sulit tidur dan mudah merasa gerah. Salah satu penyakit hipertiroidisme adalah Grave’s Desease yang terjadi akibat penyimpangan daya tahan tubuh. Sistem imun yang ada justru menyerang kelenjar tiroid sehingga terjadilah penyakit ini. Grave’s Disease lebih banyak menyerang kaum Hawa dibandingkan kaum Adam (perbandingan 5:1 ), mereka yang terserang penyakit ini rata-rata berusia 20-40 tahun, dengan terdiri dari satu atau lebih ciri-ciri thyrotoxicosis, diffuse goiter, ophthalmopathy ( exophthalmos ) dan dermopathy ( pretibial myxedema ). Ciri khas yang dapat kita lihat pada penderita Grave’s Disease adalah mata yang menonjol keluar (melotot). Dalam perjalanannya, pasien yang menderita penyakit ini harus diawasi karena jika tidak ditangani serius penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.
Dr. Dimyati, Ketua Pelaksana Seminar Awam yang juga ahli bedah onkologi ini menuturkan bahwa Angka kunjungan pasien penderita kelainan fungsi tiroid ke poli RSHS cukup tinggi, baik di poli penyakit dalam maupun bedah onkologi. Grave’s Disease ternyata menjadi kasus yang cukup tinggi yang terdapat di poli kita. Selain Grave’s Disease, jenis hipertiroid lainnya yaitu Nodular Thyroid Disease, Subacute Thyroiditis, dan Postpartum Thyroiditis.
Seseorang yang dinyatakan menderita “gondok beracun” boleh mengalami kehamilan hanya saja kehamilannya tersebut harus mendapat pengontrolan secara teratur karena jika tidak terkontrol dengan baik, akan berdampak buruk bagi sang janin.
Penanganan
Sejauh ini, penderita gangguan fungsi tiroid ternyata didominasi oleh kaum wanita. Secara ilmiah belum diketahui mengapa penderita gangguan fungsi tiroid didominasi oleh kaum hawa, meskipun ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa penyakit ini terjadi karena kadar hormon estrogen.
Meskipun terdengar menyeramkan, penyakit ini dapat disembuhkan. Ada tiga cara untuk penanganan penyakit ini yaitu dengan memberikan pengobatan, terapi nuklir dan operasi. Melalui penanganan yang tepat dan benar, kondisi tubuh yang mengalami hypo/hypertiroideisme bisa dikembalikan seperti sedia kala.