Adeno Cystic Carsinomapada Rahang Atas(Laporan Kasus)

*Herman Hambali

*Staf Bedah Mulut & Makslofasial FKG Unpad/ RSHS Bandung, Staf Yayasan Pengelola Pembina Celah Bibir dan Langit,

Staf Pengajar FKG Unpad Bandung dan Staf Penyakit Gigi dan Mulut FK Unpad/RSHS Bandung

Abstrak

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) merupakan karsinoma yang berasal dari kelenjar liur.Tumor ini merupakan tumor ganas kelenjar liur minor yang paling sering terjadi, namun dapat pula terjadi pada kelenjar liur mayor. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan histopatologis melalui biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini meliputi eksisi dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada palatum adalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia. Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun denganACC yang terdapat di regio anterior rahang atas kiri, yang melalui pemeriksaan histopatologi (PB. 096277) diketahui sebagai Adenoid cystic carcinoma a/r bukal region 26—28. Perawatan ACC dilakukan dangan terapi bedah hemimaksilektomi, pasien dirawat selama 7 hari dengan proses penyembuhan termasuk pembuatan gigi palsu.

Kata kunci : Adeno Cystic Carcinoma (ACC), Tumor kelenjar liur, hemimaksilektomi.

 

Adeno Cystic Carsinomaof Maxilla( Case Report)

*Herman Hambali

* Staf of Oral and Maxillofacial Surgery Departement, Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and Lecturer ofFaculty of Dentistry and Faculty of Medicine Padjadjaran University, Bandung.

Abstract

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) is a carcinoma that derived from salivary gland. It is the mostcommonminor salivary gland malignant carcinomas, but can also be found at major one.Incisional biopsy is needed for defining diagnose. Management of this tumor including wide excision and post operation radiotherapy with 6000-7500 cGy. Excision performed with hemimaxillectomy with 3cm borders and total spatium extirpation. This case reports malepatient, 47 years old, with ACC that is located at left anterior upper jaw. Former histopathological finding (PB. 096277) shows ACC at buccal region of 26-28. Management of this case is hemimaxillectomy, patienthadstayed at ward for 7 days and dischanges for further, healing process including dental protese.

Keywords: Adeno Cystic Carcinoma (ACC), salivary gland tumor, hemimaxillectomy


Adeno Cystic Carsinomapada Rahang Atas(Laporan Kasus)

Pendahuluan

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) merupakan karsinoma yang secara kiinis dan secara histologis berasal dan glandula saliva. Secara klinis terkamuflase oleh ukurannya yang kecil dan pertumbuhannya yang lambat, yang menutupi invasi subklinisnya yang luas dan ditandai kemampuannya untuk metastase dini. Merupakan keganasan yang dikuatkan dengan tingkat pertumbuhan tumor dan kemampuan metastasis adalah sifat tumor yang independen. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan suatu pemeriksaan histopatologis melalui biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini memiliki banyak terapi. Salah satunya meliputi eksisi dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada palatum adalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhanjaringan spasia.

Hemimaksilektomi adalah pengangkatan secara bedah salah satu sisi rahang atas, meliputi premaksila, maksila dan palatum durum. Biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengangkatan neoplasma. Hemimaksolektomi berfungsi untuk menghilangkan jaringan atau strukturakibat perluasan atau keterlibatandari suatukeganasan dalam rongga mulut..

Laporan Kasus

Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun datang ke Poli Bedah Mulut RSHS pada tanggal 23 Maret 2009 dengan keluhan benjolan pada langit-langit. Anamnesa benjolan diketahui sejak kurang lebih 14 hari sebelum masuk rumah sakit timbul pembengkakan pada gusi rahang atas pada awalnya berupa benjolan kecil lama-kelamaan membesar. Bila menyikat gigi gusi akan berdarah dan darah seperti berbusa. Gigi kadang kadang terasa sakit dan mengeluarkan darah yang berbusa. 3 Bulan yang lalu pasien memiliki riwayat mencabut gigi 24 di RSHS. Riwayat penyakit umum: alergi obat ciprofloksasin dan asam mefenamat.

Pada pemeriksaan klinis status generalis dalam batas normal, sedang pada pemeriksaan generalis ekstra oral tampak pembengkakan regio pipi kiri dengan ukuran 10x5x3 cm, terlokalisir, wama sama dengan janingan sekitar, konsistensi keras, tidak ada fluktuasi, tidak ada nyeri tekan, suhu afebris dan tidak terdapat ulkus. Perneriksaan intra oral terdapat pembengkakan pada regio palatum sinistra dengan ukuran 10x5x3 cm dengan permukaan berbenjol-benjol, berwarna merah, tidak terdapat ulkus, tidak ada fluktuasi, tidak ada nyeri tekan serta konsistensi kenyal. Pada pemeriksaan foto panoramik terdapat gambaran radiolusen yang berbatas jelas meliputi sinus dan alveolar gigi a/r 25, 26 dan 28.

Pasien didiagnosa klinis dengan Soft tissue tumor a/r palatum sinistra yang telah menginfiltrasi tulang dan rongga sinus kiri suspect malignan. Rencana terapi dilakukan insisi biopsi dalam anastesi umum pada tanggal 8 Oktober 2009. Hasil insisi biopsi didapatkan hasilPA no PB096277 tanggal 22 oktober 2009 dengan kesimpulan Adenoid cystic carcinoma a/r bukal region 26—28 dengan Dokter PA dr Ismet M Nur SpPA (K) MM.Rencanaperawatan selanjutnya adalah dilakukan hemimaksilektomi dengan VC dalam anestesi umum.

Tanggal 22 November 2009 dilakukan hemimaksilektomi dengan anestesi umum. Kemudian dilakukan tindakan aseptik ekstra oral dengan alkohol 70% dan betadine solution 10%, intraoral dengan betadine 10%. Penutupan tubuh pasien dengan kain steril, kecuali daerah operasi. Pemasangan kassa pack pada orofaring. Pembuatan pola insisi dengan methylene blue. Injeksi hemostatik dengan adrenalin. Dilakukan insisi EO dengan blade dan kauter a/r dasar hidung hingga sisi hidung sinistra sesuai pola insisi dan insisi IO dengan kauter dan vestìbulum ke palatum sinistra sampai tuberositas maksilaris sinistra. Ekstraksi gigi 21. Pemotongan tulang air palatum sinistra, pengambilan massa dan maksila sinistra. Kontrol perdarahan dengan penekanan kassa, jahit dan kauter. Penghalusan tulang dan bagian yang tajam dengan bur fraser. Pengambilan jaringan lunak untuk diperiksa VC batas: I.

Medioantenior, II. Medioposterior, III. Posterior, IV. Lateral. Hecting a/r mukosa bukal sinistra. Irigasi IO dengan saflon + NaCl 0,9% dan penekanan dengan kassa selama 5 menit. Pemotongan massa 10 bagian posterior dengan kauter. Massa dimasukkan de dalam botol PA dan dikirim ke lab PA. Aplikasi surgicel dan spongostan 10 serta hecting IO a/r palatum sinistra. Aplikasi kassa kemicetin dan pengikatan dengan benang. Pemasangan booster dan obturator. Hecting EO. Pembersihan daerah operasi.

Hasil frozen section:

Sayatan I; medioanterior: bebas masa tumor

Sayatan II; medioposterior: bebas masa tumor

Sayatan III ; posterior: bebas masa tumor

Sayatan IV; lateral : bebas masa tumor

Pasien di rawat di rumah sakit 7 hari dan rawat jalan, hari ke 10 post operasi pasien kontrol ke poli Bedah Mulut dilakukan pembukaan booster dan dikonsul ke bagian prostodontia untuk pembuatan obturator. Post operasi han ke 15 pasien insersi obturator, Pasien dirujuk ke bagian radioterapi jadwal radioterapi tanggal 7-12-2009 ( hari ke 35 post operasi). Hari ke 45 post operasi dan post radioterapi,pasien kontrol ke poli Bedah Mulut luka operasi baik dan tidak ada keluhan. Lima bulan post operasi pasien control ke Bedah Mulut dan prostonsia dan bagian prostodonsia akan dibuat protesa definitive di bagian Bedah Mulut rencana ekstaksi gangrene radiks 14, 18 dan 46 1 tahun post radioterapi tanggal 25 januari 2011.

Hasil PA tanggal 2 November 2009 dinyatakan kesimpulan Adenoid cyst carcinoma a/r bukal 26-28. Kontrol Pasien 8 bulan post operasi keluhan tidak ada

Pembahasan

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) adalah sejenis kanker kelenjar liur, biasa muncul pada kelenjar parotis, tapi mungkin bisa muncul pada kelenjar submandibular atau kelenjar liur minor yang melapisi mukosa dari saluran aerodigestive atas. Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis.Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa, pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.(Adams LG, Gregory Masters, Beers MH)

Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.(Adams LG, Gregory Masters, Beers MH) Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. (Adams LG, Gregory Masters, Beers MH)

ACC sebelumnya dikenal sebagai Cylindromas, adalahtumoryangtimbuldarikelenjarmukosa,terutama kelenjarliur minor. Tumor ini pertama kalidijelaskan oleh Theodor Bilroth tahun1856. Theodor bilroth menyatakan gambaran histologis berbentuk kompartemen yang panjang seperti “silinder” akhirnya diubah namanya menjadi sebagai ACC. (Kaiser)

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pembesaran menyeluruh atau berulang dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar air liur global yang jarang dapat dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, myxoedema, sindroma Cushing, dan peminum alcohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat dilihat pada anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.(Legard, Beljy JL, Berg JW).

ACC adalah tumor ganasyang biasa menyerang segala usia, perempuan dan laki-laki sama saja. Dapat terjadi pada semua kelenjar, tetapi paling sering terjadi pada kelenjar submandibular atau kelenjar liur minor. Akan tetapi walaupun pertumbuhan yang lambat, karakteristik pertumbuhan ACC adalah infiltrative, invasi dan dapat bersifatrekuren. Tidak seperti keganasan kelenjar ludah lain, ACC metastasizes jauh, cenderung melibatkan organ (paru-paru, tulang) dan kelenjar getah bening lokal.

Secara histologist gambaran dari ACC adalahstruktur nya yang padat.Pola pertumbuhan yang paling umum adalah berkisi, bentuk ini yang paling khas, gambaran bentuk mikroskopis nya didominasi oleh beberapa struktur berkisi, terdiri dari epitel dan basal / myoepithelial sel. Inti biasanya gelap, hyperchromatic dan angulated. Pada saat-saat dengan endapan yang berlebihan gambaran mikroskopis nya terlihat seperti ruang-ruang yang buncit dengan hilangnya bentuk kisi. Sel-sel tumor mungkin jarang dengan demikian dapat menyerupai lesi adenoma yang pleomorphic. Pipa ini terdiri dari tubulus kecil dipenuhi satu atau dua jenis sel, lumen dan abluminal tanpa atypia. Karena lunak secara sitologis tampilan mungkin berbeda untuk sel basal adenoma, kecuali bentuk infiltrasi solid (basaloid) ini didominasi oleh lembaran padat besar sel-sel tumor, kadang-kadang dengan comedo-seperti pusat nekrosis.

Gambar 13. A. ACC type Cribriform. Terlihat gambaran serlubang-lubang seperti ayakan, multiple, yang tersusun dari sel-sel epitel basal. B. ACC type solid. Terlihat gambaran nodul-nodul yang multiple

Pada gambar 13 dapat dilihat dalam massa padat sel-sel tumor, ada duct kecil seperti ruang dikelilingi oleh lapisan tertentu sel epitel. Temuan terakhir ini bentuknya padat membedakan bentuk atau varian ACC dari stadium lowgrade adenokarsinoma sel basal dan agresif basaloid karsinoma sel skuamosa. Prognosis terburuk terlihat pada ACC bentuk padat atau solid. Namun demikian, secara klinis lebih baik. Bentuk yang tidak menguntungkan lainnya adalah seringnya reseksi ACC melibatkan margin dalam bedah spesimen, terutama sebagai hasil dari perluasan perineuralinfiltrasi. Pada kasus yang sulitdimana terapinya denganeksisilengkapdan kombinasi denganperawatan radioterapi. Yangpaling penting diferensial diagnosishistologis dari ACC stadium low grade adalah polymorphous adenokarsinoma

Patogenesis

Untuk mengetahui patogenesis tumor kelenjar ludah, diperlukan pemahaman dan pengetahuan mengenai embriologi dan ultrastruktur dari kelenjar ludah normal. Kelenjar ludah yang matur mempunyai beberapa komponen yaitu daerah asinus, duktus interkalated, duktus striated dan duktus ekskretori. Struktur asinus dilapisi oleh duktus interkalated yang mengeluarkan saliva ke duktus striated dan akhirnya disekresikan oleh duktus ekskretori.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa tumor kelenjar ludah berasal dari sel pada saluran kelenjar ludah, sedangkan yang lain berpendapat bahwa sel interkalated dan sel asinar memiliki kemampuan untuk terjadinya suatu tumor. Adanya sel myoepitel dalam komposisi dan pertumbuhan sejumlah epitel pada tumor kelenjar ludah lebih meyakinkan pendapat ini. Walaupun sel-sel ini bukan merupakan pertimbangan sebagai sel utama bagi asal-usul suatu tumor kelenjar ludah, kecuali pada myoepitelioma yang berperan terjadinya tumor pada pleomorfik adenoma, adenokistik karsinoma dll berasal dari duktus interkalated.Gambar 7, (Suen, 1993 ;Sciubba, 2000)

Sel cadangan (reserve cell) duktus interkalated merupakan sumber regenerasi dari jaringan asiner dan bagian paling ujung dari sistem duktus diperkirakan menjadi progenitor setiap tumor kelenjar ludah. Telah disepakati bahwa sel luminal dan basal pada setiap tingkatan dari sistem duktus, dan juga sel asiner mampu membentuk DNA dan mitosis, sehingga berpotensi untuk terjadinya suatu tumor kelenjar ludah. (Suen, 1993;Sciubba,2000)

Klasifikasi

ACC terdiri dari dua type, yaitu type cribriform dan type solid. Secara histologist pada type cribriform terlihat gambaran seperti ayakan struktur nya yang padat.Pola pertumbuhan yang paling umum adalahberkisi, bentuk ini yang paling khas, gambaranbentuk mikroskopis nya didominasi oleh beberapa struktur berkisi, terdiri dari epitel dan basal / myoepithelial sel. Inti biasanya gelap, hyperchromatic dan angulated.

Pada saat-saat dengan endapan yang berlebihan gambaran mikroskopis nya terlihat seperti ruang-ruang yang buncit dengan hilangnya bentuk kisi. Sel-sel tumor mungkin jarang dengan demikian dapat menyerupai lesi adenoma yang pleomorphic. Pipa ini terdiri dari tubulus kecil dipenuhi satu atau dua jenis sel, lumen dan abluminal tanpa atypia. Karena lunak secara sitologis tampilan mungkin berbeda untuk sel basal adenoma, kecuali bentuk infiltrasi solid (basaloid) ini didominasi oleh lembaran padat besar sel-sel tumor, kadang-kadang dengan comedo-seperti pusat nekrosis.

Temuan terakhir ini bentuknya padat membedakan bentuk atau varian ACC dari stadium lowgradeadenokarsinoma sel basal dan agresif basaloid karsinoma sel skuamosa. Prognosis terburuk terlihat pada ACC bentuk padat atau solid.

Prosedur diagnostik

A.Pemeriksaan Klinis

1. Anamnesa

2.Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan Penunjang

– Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)

1.Rontgen foto polos

Rontgen foto madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor melekat ke tulang.Foto Sialografi,dibuatbilaadadiagnosabandingkistaparotis/ submandibula. Foto toraks , untuk mencari metastase jauh.

2.Imaging

CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas ekstensi tumor lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh,padatumorganas untuk deteksi metastase jauh.

B.Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum etektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi

C.Pemeriksaan Patologi

1.Biopsi insisional

Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.

2.Biopsi eksisional

pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabeldilakukan eksisi luas

( minimal 1 cm dan batas tumor)

4.Pemeriksaan potong beku

Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional yang dilakukan eksisi luas

Prosedur terapi

Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi sebagai terapi ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan pada karsinoma kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian, dan hasilnya masih belum memuaskan.

Tidak ada kemoterapi yang telah terbukti efektif sebagai modalitas terapi tunggal. Untuk beberapa sub tipe histology, beberapa ahli menyarankan kombinasi antara kemoterapi dan radiasi. Saat ini, penggunaan immunoterapi sedang dalam tahap percobaan.Radioterapipascabedah diberikanpadatumorganaskelenjarliur dengan kriteria

1.Highgrade malignancy

2.Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3.Tumormenempelpadasyaraf( n.fasialis,n.tingualis, n.hipoglosus, n. asesorius)

4.Setiap T3.T4

5.Karsinorna residif

6.Karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.

-radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insist sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.

-Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade malignancy

Prosedur follow up

Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :

1. Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan

2. Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan

3. Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup

Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, fisik, X-foto toraks, USG hepar, dan bone scan untuk menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau tidak

Pada follow up ditentukan :

1)Lama hidup dalam tahun dan bulan

2)Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan

3)Keluhan penderita

4)Status umum dan penampilan

5)Status penyakit : (1) bebas kanker (2) residif (3) metastase (4) timbul kanker atau penyakit baru 6)Komplikasi terapi 7)Tindakan atau terapi yang diberikan

Pada laporan kasus ini dilakukan terapi eksisi dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada palatumadalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia.

Prinsip dan semua terapi ACC adalah sel tumor menyebar jauh diluar tampilan klinis atau batas radiografik dan tumor ini tidak hanya menginvasi perineural tetapi menyebar secara perineural.Namun, secara umum memerlukan eksisi dengan batas seluas mungkin dan radioterapi setelah operasi 6000-7500 cGy. Pada palatum, dibutuhkan hemimaksilektomi setidaknya 3 cm dan margin dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia pterigomaksilaris hingga ke basis tengkorak. Frozen section, tentunya dibutuhkan untuk margin periferal, namun margin negatif pada midlevel bundel neurovaskular palatum mayor sebaiknya tidak mengganggu ahli bedah untuk melakukan ekstirpasi komplit hingga ke basis tengkorak, penyebaran perineural bukan merupakan ikatan solid sel tumor yang bermigrasi hingga ke saraf. Memutuskan ikatan ini, disebut skip lesion mengakibatkan ekstirpasi komplit diperlukan.

Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan lokal dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya. (Legard, Beljy JL, Berg JW, usa 2002)

Prognosis ACC tergantung pada berbagai faktor. Keseluruhan 5 – year survival rate sebesar 47%. Studi menunjukkan bahwa dalam kasus jenis histologis padat itu jatuh ke 21% dibandingkan dengan jenis pipa dan berkisi yang memiliki ketahanan hidup 5 tahun sebesar 71% (Djo Grand Peluru-Kaiser).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prognosis adalah perineural menyebar, metastasis jauh dan lesi local yang berulang. Diagnosis dini dan pengobatan tumor tersebut sering terhalang oleh faktor-faktor seperti: 1. Sebagian besar kasus yang ada selang waktu sekitar 6-12 bulan antara onset gejala klinis dan presentasi. 2. Adenoide kistik metastasis karsinoma tetap diam untuk waktu yang lama. 3. Invasi mikro tulang yang secara klinis dan radiologis mengakibatkan tidak terdeteksi bahkan rekuren lokal setelah operasi. 4. Invividual sel sitologi dari aspirasi dapat kadang-kadang muncul smirip jinak. Kasus kami memiliki presentasi klinis khas dari palatal pembengkakan dengan karakteristik pola berkisi histologi. Pada FNAC smear kering bernoda Mei Giemsa stain Grunwald ditemukan untuk menjadi lebih unggul daripada slide alkohol tetap ternoda Papanicolaou noda. Magenta hialin yang khas gelembung-gelembung di lihat di MGG noda yang nyaris tak terlihat dalam slide bernoda Papanicolau. Ciri khas lain dari kasus ini adalah bahwa hal itu menunjukkan fulminating cepat kursus dalam jangka waktu hanya satu setengah tahun.

KESIMPULAN

Adeno Cystic Carsinoma (ACC) merupakan karsinoma yang berasal dari kelenjar liur.Tumor ini merupakan tumor ganas kelenjar liur minor yang paling sering terjadi, namun dapat pula terjadi pada kelenjar liur mayor. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus ini diperlukan pemeriksaan histopatologis melalui biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini meliputi eksisi dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada palatumadalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia. Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun denganACC yang terdapat di regio anterior rahang atas kiri, yang melalui pemeriksaan histopatologi (PB. 096277) diketahui sebagai Adenoid cystic carcinoma a/r bukal region 26—28. Perawatan ACC dilakukan dangan terapi bedah hemimaksilektomi, pasien dirawat selama 7 hari dengan perawatan yang biasa setelah operasi dan pulang dengan perbaikan.

Mayoritas ACC biasanya tumbuh lambat tumor dengan periode hidup berkepanjangan. Gambaran rontgen yang menunjukkan sino-nasal luas massa dan tampak titik initally untuk diagnosis karsinoma atau yang nasofaringeal bahkan olfactory neuroblastoma. ACC menjadi langka, tidak dicurigai pada contoh pertama. Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas tergantung dari stadium dan ukuran tumor pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf fasialis, dan menunjukkan metastasis servikal. Patologi spesifik dari tumor penting dalam memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas diperlukan. Keluhan awal dari nyeri dalam beberapa penelitian menunjukkan tanda prognosis yang buruk. (Legard, Beljy JL, Berg JW, usa 2002)

DAFTAR PUSTAKA

1.Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta : EGC, 1997: 305-319

2.Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA: Kluwer Academic Publishers,2003: 158-161

3.Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy, Ver.10.2.3. USA: Merck Research Laboratories,2007

4.Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518

5.Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518

6.Bate’s Guide To Physical Examination, hal. 115

7.Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell Science Ltd, 2004: 14-15

8.Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and treatment. Acta Otolaryngologica, 1970; 263: 155–9

9.Belsy JL, Tachikawa K, Chihak RW, Yamamato T. Salivary gland tumours in atomic bomb survivors. Hiroshima–Nagasaki. 1957–1970

10.Journal of the American Medical Association, 1972; 2/9: 804–68.

11.Berg JW, Hutter RVP, Foote FWJ. The unique association between salivary gland cancer and breast cancer. Journal of the American Medical Association, 1968; 204: 771–7

12.Marx, Robert E. Stern, Diane. Oral and Maxillofacial Pathology: A Rationale fo Diagnosis and Treatment.Quintessence Publishing Co, inc; Illinois; 2003. H. 550-3.

13.Peter JH, Joy E, Paul G. Anesthesia and Airway Management for Oral Cancer and Microvascular Surgery, dalam: Maxillofacial Surgery. Peter Ward, Stephen A, Jarg Erich. Edisi ke-2(l). Churchill Livingstone. London. 2007. H. 355-8.