Ibu zaman now atau masa kini diartikan sebagai ibu yang aktif bekerja baik itu bekerja di rumah maupun di kantor. Ibu masa kini juga sering diartikan sebagai ibu yang update akan informasi apapun yang terjadi di media, baik media mainstream, mapun media online. Kegiatan ibu yang semakin banyak di era keterbukaan informasi ini nyatanya semakin meningkatkan aktifitas ibu, sehingga tantangan dalam membersamai anak menjadi lebih besar.

Salah satu hak pertama yang harus diberikan ibu kepada anak adalah Air Susu Ibu (ASI). Bagaimana tidak, manfaat ASI yang begitu banyak tersebut akan sangat penting bagi kehidupan anak selanjutnya. Namun, karena kesibukannya, banyak ibu yang tidak sempat memberikan ASI eksklusif terhadap anaknya.

Dalam perkembangan bayi, dikenal 3 kelompok perkembangan yang saling mempengaruhi dan berkaitan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosional. Perkembangan kognitif ini yang dimaksud dengan perkembangan kecerdasan anak. Ahli Gizi Anak, Julistio Djais, dr, SpA(K), M.Kes dalam tulisannya yang berjudul Gizi dan Perkembangan Kecerdasan Anak menyampaikan, perkembangan kognitif yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak mempunyai beberapa tahap:

  • Sensorimotor stage: periode antara lahir sampai 2 tahun , dimana pemahaman bayi mengenai lingkungan masih terbatas pada persepsi sensoris dan aktivitas motoriknya. Perilaku yang tampak merupakan respons motorik sederhana terhadap stimuli sensoris. Yang menarik, ketika bayi mencapai usia 7 – 9  bulan, ia mulai mengembangkan yang dinamakan object permanence.  Ia mulai mempunyai kemampuan untuk mengerti bahwa objek tetap ada walau tidak terlihat. Sebagai contoh bila mainan favoritnya disembunyikan dibawah selimut, meskipun dia tidak dapat melihat dia akan berusaha mencari di bawah selimut.
  • Preoperational stage: periode antara usia 2 – 6 tahun dimana anak belajar menggunakan bahasa. Pada tahap ini anak belum mengerti logika, belum dapat dimanipulasi dengan informasi dan belum dapat melihat dari sisi orang lain. Anak mulai menganalisis simbol, khususnya kata dan bentuk/gambar. Disebut preoperasional karena saat ini anak belum mampu mengoperasikan aspek kognitif spesifik, seperti hitungan matematik. Sebagai tambahan untuk penggunaan simbol, anak suka berpura-pura memainkan peran seorang tokoh seperti superman, guru dan lain-lain.
  • Concrete Operational stage: periode antara 7 – 11 tahun, dimana anak mulai memahami operasi kognitif, anak mulai berpikir logis tentang kejadian nyata, tapi masih susah memahami konsep abstrak atau yang berkaitan. Dalam analisis simbol, ia sudah mampu memahami arti beberapa simbol tokoh dan mampu berganti-ganti dalam aksi meniru berbagai simbol tokoh tokoh tersebut.
  • Formal Operational stage: periode antara usia 12 tahun sampai dewasa, dimana anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir tentang konsep abstrak, kemampuan berpikir logis, mencari alasan rasional, dan membuat rencana yang sistematis.

Peran gizi dalam perkembangan kecerdasan anak sangat penting khususnya dalam 1000 hari pertama kehidupan anak. Yang dimaksud dalam 1000 hari adalah dari saat konsepsi sampai usia 2 tahun. Perkembangan optimal perlu didahului oleh terjadinya pertumbuhan otak bayi yang optimal. Pertumbuhan otak bayi berlangsung dengan cepat pada saat dalam kandungan sampai tahun-tahun pertama kehidupan bayi. Pada saat ini, zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak harus terpenuhi dengan memadai. Ini berarti untuk perkembangan kecerdasan anak, yang paling penting adalah terpenuhinya kebutuhan makan saat ibu hamil dan menyusui dan bayi di tahun pertama. Makanan bayi terbaik sampai saat ini adalah ASI eksklusif, tentunya yang berasal dari ibu menyusui dengan gizi baik.

Manfaat ASI sudah kita ketahui bersama, namun ternyata pemberian ASI dapat berpegaruh kepada pembangunan negara secara berkelanjutan. Seperti yang dilansir oleh ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman idai.or.id, Dr. Siti Rayhani Fadhila, BMedSc (Hons.) dan Dr. Lina Ninditya menyampaikan, Dalam prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui hal ini. Di beberapa negara maju dan berkembang termasuk Indonesia, banyak ibu karir yang tidak menyusui secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun  penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan hanya 49,8 % yang  memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi  WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian nasional. Masih dalam laman idai.or.id disampaikan sebagai berikut:

  1. Dengan pemberian ASI Eksklusif dapat menyumbang sekitar 302 Milyar USD tiap tahunnya pada pemasukan ekonomi dunia. Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan SDGs nomor 1, 8, dan 10 yaitu menghapus kemisikinan, pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi ketidakadilan di dalam dan di antara negara- negara.
  2. Menyusui merupakan sumber nutrisi terbaik dengan komposisi  bioaktif yang dapat  meningkatkan status kesehatan  ibu dan anak, hal ini sejalan dengan tujuan SDGs nomor 2 dan 3 yaitu penanggulangan kelaparan, masalah kesehatan dan kesejahteraan.
  3. Bayi yang mendapatkan ASI dengan standar emas makanan bayi terbukti memiliki IQ lebih tinggi dan performa lebih  baik sehingga memiliki pekerjaan  dan penghasilan yang layak, sehingga tentu saja berkesinambungan dengan tujuan SDG nomor 4 yaitu menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas.
  4. Pemberian ASI eksklusif dapat membantu persamaan hak dan kewajiban laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan anak sesuai dengan tujuan SDGs nomor 5 yaitu kesetaraan gender.
  5. Dengan menyusui pula dapat menekan pengeluaran untuk membeli kebutuhan susu formula, sehingga lebih hemat dan ramah  lingkungan, sejalan dengan tujuan SDGs nomor 12 yaitu konsumsi yang bertanggung jawab.

Konsekuensi jika program ASI ini tidak berjalan, maka akan menimbulkan banyak pemasalahan, baik untuk anak itu sendiri maupun dampak secara global. Dengan mneyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare dapat urun hingga sekitar 50% da penyakit usus parah pada bayi premature dapat bekurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara dapat menurun sekitar 6 – 10%. Dengan demikian jika program ini tidak berjalan, maka beban biaya kesehatan akan semakin tinggi. Dengan mendukung ASI, biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya.

Dari segi kognitif, ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Suatu penelitian menyimpulkan, dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, tenyata negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah.

Jangan lupakan juga, tanpa ASI ekslusif, orang tua tentu membutuhkan susu pengganti, yaitu susu formula, ternyata dengan mengurangi konsumsi susu formula selama 6 bulan dapat menghemat penghasilan orang tua sebesar 14%.

Mengingat manfaat dan maslahat yang banyak, program ASI eksklusif sepertinya sudah bukan menjadi urusan pribadi, tetapi selayaknya menjadi perhatian semua kalangan. Untuk itu, perlu adanya kerjasama semua pihak meliputi pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan media.

Berikut tips sukses ASI eksklusif

  • Pertama yakin kan diri sendiri mampu menyusui anak sesuai kebutuhan anak;
  • Dukungan ayah sebagai suporter utama tentu saja sangat penting.
  • Lengkapi pengetahuan mengenai menyusui, kemudian lengkapi fasilitas yang dibutuhkan
  • Kuatkan hati akan segala tantangan yang akan menimpa, misal dari lingkugan yang menyarankan untuk menambah saupan anak ini itu atau panik saat anak menagis dan ibu belum bisa menyusui sehingga langsung memberikan susu formula, serta masih banyak tantanga lain
  • Dukungan sesama ibu menyusui sangat diharapkan, maka berkomunikasi atau bahkan akif dengan ibu menyusui lain dapat membantu
  • Ketahui dan konsumsi gizi yang dapat menghasilkan ASI seperti bahan makanan yang segar, hindari zat aditif. Intinya bijak memilih makanan dan minuman yang dikonsumsi. Beberapa makanan yang disebutkan dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya daun katuk, kacang Almond, ubi Jalar, jeruk, telur, salmon, aprikot, wortel dan banyak lagi
  • keenam, berbahagialah, cipakan suasana menyenangkan, jika jenuh di rumah, dengarkan musik, olahraga bersama keluarga atau menghidup udara segar di alam terbuka bisa menciptakan bahagia. Perasaan bahagia dapat menstimulus kelenjar susu memproduksi air susu lebih banyak. *** (FLH-Humas RSHS)

Comments are closed.