Ibu zaman now atau masa kini diartikan sebagai ibu yang aktif bekerja baik itu bekerja di rumah maupun di kantor. Ibu masa kini juga sering diartikan sebagai ibu yang update akan informasi apapun yang terjadi di media, baik media mainstream, mapun media online. Kegiatan ibu yang semakin banyak di era keterbukaan informasi ini nyatanya semakin meningkatkan aktifitas ibu, sehingga tantangan dalam membersamai anak menjadi lebih besar.
Salah satu hak pertama yang harus diberikan ibu kepada anak adalah Air Susu Ibu (ASI). Bagaimana tidak, manfaat ASI yang begitu banyak tersebut akan sangat penting bagi kehidupan anak selanjutnya. Namun, karena kesibukannya, banyak ibu yang tidak sempat memberikan ASI eksklusif terhadap anaknya.
Dalam perkembangan bayi, dikenal 3 kelompok perkembangan yang saling mempengaruhi dan berkaitan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosional. Perkembangan kognitif ini yang dimaksud dengan perkembangan kecerdasan anak. Ahli Gizi Anak, Julistio Djais, dr, SpA(K), M.Kes dalam tulisannya yang berjudul Gizi dan Perkembangan Kecerdasan Anak menyampaikan, perkembangan kognitif yang mempengaruhi tingkat kecerdasan anak mempunyai beberapa tahap:
Peran gizi dalam perkembangan kecerdasan anak sangat penting khususnya dalam 1000 hari pertama kehidupan anak. Yang dimaksud dalam 1000 hari adalah dari saat konsepsi sampai usia 2 tahun. Perkembangan optimal perlu didahului oleh terjadinya pertumbuhan otak bayi yang optimal. Pertumbuhan otak bayi berlangsung dengan cepat pada saat dalam kandungan sampai tahun-tahun pertama kehidupan bayi. Pada saat ini, zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak harus terpenuhi dengan memadai. Ini berarti untuk perkembangan kecerdasan anak, yang paling penting adalah terpenuhinya kebutuhan makan saat ibu hamil dan menyusui dan bayi di tahun pertama. Makanan bayi terbaik sampai saat ini adalah ASI eksklusif, tentunya yang berasal dari ibu menyusui dengan gizi baik.
Manfaat ASI sudah kita ketahui bersama, namun ternyata pemberian ASI dapat berpegaruh kepada pembangunan negara secara berkelanjutan. Seperti yang dilansir oleh ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam laman idai.or.id, Dr. Siti Rayhani Fadhila, BMedSc (Hons.) dan Dr. Lina Ninditya menyampaikan, Dalam prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera. Sayangnya, tidak semua orang mengetahui hal ini. Di beberapa negara maju dan berkembang termasuk Indonesia, banyak ibu karir yang tidak menyusui secara eksklusif. Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu pernah memberikan ASI, namun penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan hanya 49,8 % yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian nasional. Masih dalam laman idai.or.id disampaikan sebagai berikut:
Konsekuensi jika program ASI ini tidak berjalan, maka akan menimbulkan banyak pemasalahan, baik untuk anak itu sendiri maupun dampak secara global. Dengan mneyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare dapat urun hingga sekitar 50% da penyakit usus parah pada bayi premature dapat bekurang kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara dapat menurun sekitar 6 – 10%. Dengan demikian jika program ini tidak berjalan, maka beban biaya kesehatan akan semakin tinggi. Dengan mendukung ASI, biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya.
Dari segi kognitif, ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan penghasilan yang lebih optimal. Suatu penelitian menyimpulkan, dengan peningkatan IQ dan pendapatan per kapita, tenyata negara dapat menghemat 16,9 triliun rupiah.
Jangan lupakan juga, tanpa ASI ekslusif, orang tua tentu membutuhkan susu pengganti, yaitu susu formula, ternyata dengan mengurangi konsumsi susu formula selama 6 bulan dapat menghemat penghasilan orang tua sebesar 14%.
Mengingat manfaat dan maslahat yang banyak, program ASI eksklusif sepertinya sudah bukan menjadi urusan pribadi, tetapi selayaknya menjadi perhatian semua kalangan. Untuk itu, perlu adanya kerjasama semua pihak meliputi pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan media.
Berikut tips sukses ASI eksklusif