Sedang ramai diperbincangkan, penyakit Gangguan Ginjal Akut yang menimpa anak. Ketua Divisi Nefrologi KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS, Prof. Dr., Dany Hilmanto, dr, Sp.A(K) mengimbau masyarakat agar jangan panik namun tetap harus waspada.

Terkait istilah yang umum digunakan di masyarakat yakni Gagal Ginjal Akut, Prof Dani menyampaikan agar sebaiknya kita menggunakan istilah Gangguan Ginjal, untuk menunjukan adanya fase-fase sebelum ke fase gagal. “Penting dikenalkan istilah Gangguan Ginjal, bukan Gagal Ginjal untuk menunjukan bahwa jika dideteksi secara dini tingkat kesembuhan akan tinggi,” Terangnya.

Penyakit ini disebut dengan Gangguan Ginjal Akut ( Atypical Progressive Acute Kidney Injury) karena sampai saat ini masih belum diketahui penyebabnya. Namun, para ahli sedang berupaya terus melakukan penelitian mengenai penyebab penyakit ini dan mendukung pemerintah agar sedapat mungkin diketahui penyebabnya sehingga masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan yang tepat.

Gejala anak dengan penyakit ini diantaranya demam, batuk, pilek disertai dengan diare dan berdasarkan pemeriksaan laboratorium kadar kreatin meningkat. Tanda lain yang bisa diidentifikasi orang tua adalah berkurangnya air kecil pada anak. “Jika anak demam, batuk, pilek lebih dari 7 hari, apalagi disertai diare segera diperiksakan ke dokter,” Imbuhnya.

Lebih lanjut staf Divisi Nefrologi IKA RSHS yang secara intens merawat pasien ginjal anak, dr. Ahmedz Widiasta, Sp.A(K), M.Kes menyampaikan, menurutnya, sejak Agustus 2022 sampai saat ini RSHS telah merawat 12 anak dengan Gangguan Ginjal Akut ini, 3 pasien masih di rawat. 1 pasien dengan kondisi baik dan akan segera pulang. Banyak yang datang ke RSHS memang yang kondisinya sudah berat. Pasien berasal dari kota Bandung, Kab Bandung dan beberapa dari luar Bandung. Mayoritas pasien berusia dibawah enam tahun.

Untuk mendukung tata laksana di layanan kesehatan, diperlukan ketersedian IVIG agar banyak pasien dapat ditangani dengan baik. dr. Ahmedz juga mengusulkan agar kedepan dapat diselenggarakan pemeriksaan urin rutin pada anak seperti imunisasi, sehingga penyakit dapat dideteksi secara dini.

Petunjuk tata laksana terhadap penyakit ini sudah diterbitkan dan disosialisasikan kepada tenaga kesehatan di Indonesia, begitupun edukasi upaya pencegahan kepada masyarakat. Diharapkan setelah upaya edukasi yang masiv orang tua dapat lebih waspada dan tingkat kematian pada anak dengan gangguan ginjal ini menurun. (FLH-Humas RSHS)

Comments are closed.