Peningkatan konsumsi sayur dan buah nusantara menuju masyarakat hidup sehat sebagai bagian dari tema besar Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi. Gizi sebagai komponen utama dalam menyiapkan sumber daya manusia berkualitas memiliki persoalan yang harus dipecahkan melalui keterpaduan semua pemangku kepentingan. Momentum hari gizi nasional bukan hanya untuk membangun awareness tetapi harus diwujudkan dengan aksi nyata. Masalah gizi merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian karena kondisi kekurangan gizi akan menyebabkan rendahnya satus kesehatan dan gizi yang berakibat pada rendahnya kualitas SDM, pencapaian pendidikan dan daya saing bangsa.
Hasil pemantauan status gizi (PSG) tahun 2015 diketahui angka stunting sebesar 29%, Masih tingginya ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu 24,2% dan anemia pada ibu hamil 37,8% (Riskesda, 2013). Melalui Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, memberikan peluang seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat dan unsur pemerintah untuk secara terpadu menanggulangi masalah gizi yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan ( selama kehamilan 9 bulan sampai anak usia 2 tahun ). Konsumsi sayur serta buah-buahan yang belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Untuk mengatasai masalah-masalah tersebut dicanangkan oleh ibu menteri kesehatan suatu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ( GERMAS) dengan fokus pada 3 kegiatan yaitu :
Sejalan dengan upaya tersebut Hari Gizi Nasioanal (HGN) yang jatuh pada tangggal 25 Januari merupakan bagian penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk melaksanakan GERMAS melalui Percepatan / Pembangunan Gizi 2015 – 2019 , maka tema HGN ke-57 tahun 2017 adalah “Membangun Gizi, Menuju Bangsa Sehat Berprestasi” sedangkan sub temanya adalah “ Peningkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju Masyarakat Hidup Sehat ” dan slogan “ Ayo Makan Sayur dan Buah Setiap Hari ”
Studi Diet Total (SDT) 2014 termasuk dalam Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) berbasis komunitas, dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa orang Indonesia masih kurang mengonsumsi sayuran dan buah. Konsumsi kelompok sayur dan olahannya serta buah-buahan dan olahannya masih rendah, yaitu 57,1 gram per orang per hari dan 33,5 gram per orang per hari. Hal ini belum memadai berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 2 1/2 porsi atau 2 1/2 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 1/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita/ anak usia sekolah dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja/orang dewasa. Konsumsi buah dan sayur akan membantu pemenuhan serat, vitamin dan mineral. Serat yang dibutuhkan bagi pencernaan terdiri dari serat yang larut dan serat yang tidak larut. Vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat/radikal bebas dalam tubuh. Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa, buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh seperti buah alpokat.
Meskipun kebutuhannya relatif kecil, fungsi vitamin dan mineral tidak dapat digantikan oleh pangan lain. Apabila konsumsi vitamin dan mineral ini tidak memenuhi kecukupan, maka tubuh akan mengalami defisiensi vitamin dan mineral yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya tahan tubuh (WKNPG VI, 1998). Pada umumnya vitamin tidak dapat dibentuk oleh tubuh, oleh karena itu vitamin harus disuplai dari luar tubuh terutama dari buah dan sayur. Vitamin termasuk dalam kelompok zat pengatur, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan (Almatsier, 2001). Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam menjaga tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah, menurunkan risiko sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik/degeneratif.
Menurut Aswatini, dkk (2008) faktor yang mempengaruhi pola dan perilaku konsumsi sayur dan buah di masyarakat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor yang berpengaruh positif dan negatif terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari pengetahuan dan sikap. Faktor eksternal merupakan peluang dan hambatan yang berpengaruh terhadap konsumsi sayuran dan buah yang berasal dari luar diri. Faktor eksternal meliputi ketersediaan pangan (sayur dan buah), pendidikan (perilaku gizi ibu), tingkat pendapatan keluarga dan media sosialisasi atau sumber informasi.
oleh : Dedeh., S.Gz., M.KM.,RD ( Ka SI Mutu dan Pelayanan Makanan Inst. Gizi RSHS)