Bandung (18/03). Mengapa harus ada hari tidur? Bagi sebagian masyarakat yang baru mengetahui adanya Hari Tidur Sedunia atau World Sleep Day, hal tersebut pasti menjadi pertanyaan. Kepala Sub Divisi Sleep Medicine KSM Ilmu Penyakit Syaraf RSUP dr. Hasan Sadikin, Nushrotul Lailiyya, Sp.S (K) dalam peringatan WSD di area Car Free Day Jl. Dago Bandung, 18 Maret 2018 menjelaskan, kegiatan WSD ini dilaksanakan untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan budaya tidur untuk menjaga kesehatannya.
“Dengan peringatan World Sleep Day ini masyarakat diingatkan kembali tentang pentingnya menjaga waktu dan kualitas tidur. Masayarakat awam menganggap tidur bukan hal penting, padahal tidur merupakan salah satu yang pokok untuk menunjang kesehatan. Dengan tidur yang tidak baik maka dapat menyebabkan Hipertensi, Stroke, produktifitas menurun, kecantikan menurun dan banyak lagi, itulah yang tidak disadari orang,” Ungkapnya.
Dua hal penting yang dapat mewujudkan tidur yang baik adalah Waktu dan Kualitas. Waktu tidur orang dewasa adalah 7-8 jam/ hari. Beberapa penilitian menyebutkan, baik kekurangan maupun kelebihan tidur keduanya dapat menyebabkan kepikunan. Selain jumlah jam tidur, perlu diperhatikan waktu yang baik untuk tidur adalah di malam hari. Pada malam hari tubuh mengeluarkan hormon melatonin. Hormon ini siang tidak mau keluar, karena melatonin adalah salah satu hormon yang takut cahaya. Fungsi hormon ini memproteksi tubuh kita sehingga membuat sistem kekebalan tubuh lebih kuat.
Kualitas tidur-pun merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Kualitas tidur malam yang baik (nyenyak) akan membuat Anda merasa segar keesokan harinya.
Untuk menjamin kualitas tidur yang baik ini, yang bisa dilakukan adalah hindari alat-alat yang dapat mengganggu tidur, seperti televisi, gawai dan benda lain. “Yang perlu diperhatikan adalah suasana enak dan tidak bising. Jika ada penyakit, penyakitnya harus diobati. Atau jika mengonsumsi obat yang membuat susah tidur, maka harus diganti obatnya dengan obat yang tidak menganggu tidur,” Tambahnya.
Perlu disadari juga, dalam tidur ada penyakit yang dapat menurunkan kualitas tidur. Diantaranya snoring / mendengkur, Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau yang kita kenal dengan istilah henti nafas, sleep walking, insomnia, dan banyak lagi hingga sekitar 80 penyakit.
Di RSHS, penanganan OSA melibatkan multidisiplin. Dr. Laili menyampaikan, rencananya RSHS akan membentuk Tim Sleep, yang terdiri dari dokter Neurologi, THT, Paru, Geriatri, Endokrn, Anak, Pulmo, Jantung dan banyak lagi. “Dalam waktu dekat kita juga akan memiliki laboratorium tidur, karena pada saat ada penyakit dalam tidur harus dideteksi menggunakan alat polisomnografi, karena untuk memeriksa gangguan tidur, pasien harus menginap sehingga bisa dideteksi penyebabnya,” Terangnya.
World Sleep Day diperingati dunia tanggal 16 Maret setiap tahunnya. WSD tahun ini bertema Join the Sleep World, Preserve Your Rhythms to Enjoy Life. Dengan adanya kampanye WDS Masyarakat diimbau untuk memperhatikan kembali budaya tidur, lakukan segala sesuatu yang dapat mendukung terciptanya tidur yang berkualitas serta menghindari segala sesuatu yang dapat menurunkan kulitasnya, karena tidur yang baik wujudkan kesehatan yang baik.