Obesitas Tingkatkan Resiko Penyakit Jantung
Kegemukan atau obesitas merupakan resiko kardiovaskler. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2010, sekitar seperlima (sebesar 21,7%) penduduk Indonesia di atas 18 tahun tergolong kelebihan berat badan dan obesitas.
Dr. Vito Damay, dalam tulisannya pada tabloid heartbeat menyampaikan, kelebihan berat badan dan obesitas bukan sekedar permasalahan kosmetik atau dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun kondisi ini terkait pula dengan peningkatan risiko kardiovaskuler dan kematian. Obesitas, khususnya obesitas sentral yang ditandai dengan ukuran lingkar pinggang diatas batas normal, merupakan salah satu faktor risiko independen dari penyakit jantung koroner (PJK). Obesitas juga berkaitan dengan beberapa resiko PJK lainnya, seperti hipertensi, resistensi insulin atau diabetes mellitus, dislipidemia, dan obstructive sleep apnea (OSA).
Berdasarkan beberapa penelitian, obesitas terkait dengan peningkatan komponen pro-inflamasi sehingga berperan dalam patogenesis aterosklerosis. Berbagai kondisi ini kemudian dikenal sebagai obesitas morbid, suatu kondisi patologis yang harus ditindaklanjuti untuk mencegah berbagai resiko kardiovaskuler.
Gizi baik, jantung sehat
Berbicara masalah gizi bagi kesehatan jantung, kepala Instalasi Gizi RSHS, Asep ahmad Munawar, S.Sos, SKM, MKM menyatakan, khusus untuk jantung koroner, salah satu faktor resikonya adalah obesitas. Cara untuk menurunkan obesitas dijelaskan oleh Asep dalam bincang tim Sauyunan di ruang instalasi gizi RSHS.
“Pengaturan diet yang baik akan membantu pasien untuk mendapatkan gizi yang cukup, meningkatkan imunitas dan mencegah terulangnya berbagai jenis komplikasi” ujarnya.
Dari sisi gizi, hal yang dapat diupayakan dalam menurunkan berat badan bagi menderita obesitas adalah dengan mengurangi asupan kolesterol yang didapat dari lemak tak jenuh. Kolesterol adalah suatu jenis lemak yang ada dalam tubuh, selain diproduksi sendiri dari dalam tubuh, kolesterol didapat dari asupan makanan. Kolesterol tidak dapat larut dalam darah dan membutuhkan lipoprotein untuk menyalurkannya.
Kolesterol yang menjadi pemicu bagi peyakit jantun adalah LDL (Low Density Lipoprotein). Berbeda dengan HDL (High Density Lipoprotein) yang berfungsi untuk membersihkan kelebihan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati untuk dihancurkan, LDL dapat menyebabkan penempelan kolesterol di dinding pembuluh darah.
Kondisi karbohidrat yang tinggi ternyata dapat menurunkan kadar HDL dalam tubuh, dan pada akhirnya meningkatkan resiko penyakit jantung. Kadar karbohidrat yang tinggi terdapat dalam nasi putih. Sebagai pengganti lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat dengan index glikemik rendah seperti sereal, roti gandum, atau sayur-sayuran yang memiliki serat tinggi.
Bagi orang yang berusia diatas 40 atau yang memiiki resiko jantung koroner lainnya, Kadar LDL normal yang direkomendasikan adalah 35-40 kkal / kg berat badan, dan kadar HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dl pada laki-laki atau 45 mg/dl pada perempuan.
Berikut ini tips untuk mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh:
Asupan gizi yang teratur sesuai yang disarankan diatas bukanlah satu-satunya cara. Cara lain yang tentu saja dapat sangat membantu adalah menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kurangi merokok, istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak pikiran (stress), dan rutin berolahraga.
Dalam tulisan lain di tabloid heartbeat, Vito Damay manyampaikan, aktivitas fisik seperti berjalan cepat atau aerobik dapat meningkatkan kadar HDL 3,1 mg/dL hingga 6 mg/dL. Setiap satu kilogram penurunan berat badan dapat meningkatkan kadar HDL sebesar 0,4 md/dL.
Pengaturan gizi yang baik dan penerapan pola hidup yang bersih dan sehat dapat menurunkan obesitas dan menurunkan resiko penyakit jantung, jadi mari perbaiki pola hidup kita agar terhindar dari penyakit ini.*** (fit-humpro)