Indonesia merupakan penghasil sampah nomor 2 di Indonesia. Dari hasil Riset terbaru oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan bahwa sebanyak 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Ini artinya dari sekitar 65 juta ton sampah yang diproduksi di Indonesia tiap hari, sekitar 15 juta ton mengotori ekosistem dan lingkungan karena tidak ditangani.

RSUP dr. Hasan Sadikin menghasilkan limbah medis antara 25-30 ton per tahun. Produksi limbah tersebut cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini menimbulkan masalah terkait dengan terbatasnya kapasitas  penangangan semantara (TPS) di RS maupun tempat penanganan akhirnya (TPA). Keterbatasan pengangkutan dan kapasitas di TPA seringkali menimbulkan keterlambatan pengangkutan dari TPS RS  ke TPA.  Dampaknya menyebabkan ketidaknyamanan lingkungan dan menjadi faktor resiko timbulnya penyakit di Rumah Sakit.

Untuk itu rumah sakit memiliki kewajiban untuk mengelola sampah yang dihasilkannya  dalam menjawab tantangan pengelolaan sampah yang dihasilkannya sehingga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan.

Penerapan rumah sakit ramah lingkungan di Indonesia saat ini telah berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam pengelolaan rumah sakit. Kriteria desain dan konstruksi rumah sakit ramah lingkungan diantaranya: Pengembangan lahan yang tepat; Efisiensi dan konservasi energi,  konservasi air, material, Sumber daya dan daur hidup; Kesehatan dan kenyamanan lingkungan dalam ruang; Taman penyembuhan; dan satu hal yang terkait dengan kegiatan ini adalah Manajemen Lingkungan Gedung.

Dalam pedoman rumah sakit ramah lingkungan di Indonesia disebutkan, rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemilihan sampah yang baik. Masalah sampah merupakan salah satu masalah epnting yan perlu kita perhatikan bersama, karena berdampak besar pada keselamatan dan kenyamanan kerja, cost rumah sakit dan tentu berdampak pada lingkungan.

Untuk menjawab tantangan yang ada, perlu dimunculkan Inovasi – inovasi, salah satunya yang telah dikembangkan di RSHS adalah pengelolaan limbah padat non medis dengan sistem BMW (Bioteknologi Maggot dan Zero Waste). Dengan inovasi ini diharapkan dapat mengurangi limbah yang di kirim ke TPS sehingga berdampak pula pada kelestarian lingkungan.

Seperti yang kita ketahui bersama, pengelolaan limbah menggunakan pendekatan 3R reduce, reuse dan resycling) dan BMW ini diharapkan menjadi salah satu metode yang efektif dan efisien. Bioteknologi maggot merupakan pengolahan limbah padat nonmedis organik menjadi pupuk padat melalui peternakan maggot tentunya dengan sistem zero waste yaitu pengelolaan limbah padat non medis anorganik yang terintegrasi, sehingga berdampak efektif dan efisien bagi rumah sakit.

Pengelolaan limbah di RSHS dilakukan secara komprehensif terpadu dan terintergerasi. Berbagai  teknologi pengelolaan sampah dilakukan baik secara kimia, fisika dan biologi. Teknik pengelolaan limbah organik secara biologi dengan menggunakan agent larva maggot merupakan teknik baru yang paling ramah lingkungan, effektif dan effisien. Maggot itu sendiri berasal dari lalat BSF (black soldier fly) atau dikenal sebagai lalat hitam (Hermetia illucent) yang memiliki siklus hidup terpendek, reproduksi terbesar dan dapat memakan berbagai materi sampah organik dengan waktu yang relatif singkat.

Prosesnya relatif mudah, petugas di rumah sakit bertugas memisahkan sampah medis non medis, sampah organik dan anorganik sesuai jenisnya Sampah medis dikelola tersendiri dan sampah nonmedis organik dibawa pihak ketiga menuju ke tempat budi daya maggot sebagai sumber makanannya (maggotisasi). Sementara sampah medis telah ada pengelolaan tersendiri untuk didaur ulang dan telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

Pengelolaan limbah menggunakan sitem BMW ini telah di uji coba oleh RSHS dan berhasil menurunkan pengeluaran untuk pengangkutan sampah sekitar 60%. Namun untuk menghasilkan dampak yang lebih besar, RSHS melaksanakan pelatihan, kerjasama serta sosialisasi kepada internal maupun eksternal (Rumah sakit se-Bandung dan Rumah sakit regional di Jawa Barat) beserta Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

Dengan tata kelola limbah non medis menggunakan sistem BMW ini diharapkan mengurangi volume sampah di RS, mengurangi biaya pengelolaan yang dilakukan selama ini dan sebaliknya dapat menghasilan keuntungan bagi pengelola sehingga sampah yang tadinya menjadi masalah, dapat berubah menjadi berkah.

 

 

 

Comments are closed.