“Menggunakan pakaian bekas impor pada dasarnya tidak berbahaya bagi kesehatan kulit, namun tetap pembeli harus waspada” jelas dr. Dendi Sandiono, Sp.KK(K), dokter spesialis kulit RSHS. ia menambahkan, bagi Anda yang ingin membeli pakaian bekas impor, hal yang perlu diwaspadai adalah proses pengolahan, pengepakkan dan penyimpanan pakaian yang kita tidak tahu kebersihannya. Jika pakaian-pakaian tersebut disimpan dalam ruangan yang lembab, maka kemungkinan jamur yang ada dalam pakaian akan tumbuh berkembang dan dapat menimbulkan penyakit bagi penggunanya jika digunakan sebelum dicuci.
Jika tetap ingin menggunakan pakaian bekas tersebut, disarankan untuk mencucinya terlebih dahulu dengan direndam dalam air panas sekitar 100 derajat selama 5-10 menit untuk membunuh jamur/bakteri yang ada. Proses pencucian harus dipisahkan dengan pakaian lain. Organisme yang mungkin ada dalam pakaian bekas tersebut adalah jamur, bakteri dan pedikulosis (kutu bayur).
Jamur dan bakteri bisa menimbulkan kulit merah dan gatal. Sementara luka gigitan kutu menyerupai bentol yang mirip gigitan kutu kucing. Selain jamur dan bakteri, yang mungkin terbawa adalah virus yang dapat menyebabkan herpes simplex, namun untuk terjadinya herpes simplex ini relatif jarang, karena penularan virus biasanya terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Jika jamur menempel di daerah kemaluan, kemudian digunakan oleh pembeli baju bekas tersebut maka dapat menyebabkan penyakit kelamin dan dapat menularkan kepada pasangannya.
Menyimak berita yang beredar di media massa mengenai dampak pakaian bekas impor bagi kesehatan, RSHS mencoba membagi informasi mengenai dampak baju tersebut dari sisi kesehatan kulit. Pembahasan ini disampaikan melalui open discussion yang secara rutin diselenggarakan Subbag Humas & Protokoler RSHS setiap bulan.